Isnin, 8 Oktober 2012

Dia tahu dia berhak


Dia tercipta dari setitis air pekat yang mengalir di celah-celah nafsu ghairah kedua orang tuanya. Ibu dan ayahnya. Dia tercipta atas dasar satu perasaan buta. Perasaan membabi-buta. Perasaan yang membuta akal. Disebalik alur kenikmatan tiada limit , setitis puratanya berjuta ekor berpusu mengejar sarang indah itu. tolak menolak , kejar mengejar.

Dia percaya dia berhak.

Sekian dia terbongkak dalam kantung ibunya. Hatinya berbunga. Hatinya riang. Dengan akal yang masih belum waras berfungsi dia sudah reti mengukir senyum. sudah reti berbunga riang. Sembilan bulan , puluhan minggu , ratusan hari , jutaan minit , dia masih percaya dia berhak.

Dia belum cukup sadar untuk percaya bahwa ibunya diluar sekeras upaya menidak kata kantung yang sudah memboyot itu. tidak pula berbangga seperti mana dia berbangga dengan ibunya.dia berbangga bisa melebar kaki dalam kantung , dia berbangga bisa bercukup sifat dalam kantung itu.

dia tahu dia berhak.

saat tiba untuk dia berlari ke bumi , bermain layang-layang disekitar rumput hijau basah. melompat menggapai awan-awan biru muda , dia tersangkut. tersangkut dengan kesilapan ibu dan ayahnya. tersangkut dengan kemaluan yang bakal diterima kedua orang tuanya. tersangkut dengan statusnya.

air mata dari kelopak halus itu mengalir. dengan jeritan paling deras , dia merayu jangan di tinggal tanpa nyawa. dia merayu untuk satu dakapan suam. dia merayu untuk satu ciuman hangat penuh kasih sayang. dia merayu dalam esak-esak manja. dia merayu dalam senyap.

dia tahu , dia berhak. atas segala tuhan tulis untuknya.


Date: 1 November 2010

Tiada ulasan:

Catat Ulasan